Translate

Sabtu, 30 Mei 2015

Gengers

Apa yang akan kita lakukan setelah ini? Diam? Berjalan? Atau berlari bersama demi satu kata. "Sukses".

4 tahun lamanya, mencicipi bangku perkuliahan, 4 tahun lamanya mencicipi pelajaran pelajaran di perguruan tinggi, dan sebentar lagi 4 tahun masa-masa kesenangan itu akan berakhir.

Apa yang kita dapat selama 4 tahun ini? Ilmu? Atau hanya kesenangan? Jawabnya, ya, ilmu tentu kita dapat. Apalagi kesenangan. Kesenangan bersana kawan baru yang awalnya hanya dekat dan seiring waktu semakin dekat dan dekat hingga menjadi sahabat.

Apa yang akan kita tanya setelah memakai toga di esok harinya? Menanyakan tugas? Atau menanyakan jadwal kuliah? Waktu terlalu cepat membawa kita pada titik yang menjadi keharuan dan kebanggaaan orang tua. "Wisuda".

Tapi waktu juga dengan cepat membawa kita pada titik perpisahan dengan sahabat sahabat seperti kalian. Semua kebiasaan serta kelakuan kita selama 4 tahun ini, mungkin tidak lagi kita jumpau di esok hari setelah kita memakai toga.

Sebentar lagi, waktu menciptakan batas antara kita. Dimana dulu, 4tahun lamanya kita selalu bersama-sama. Setiap hari, mendengar kebisingan suara yang menggelegar dikelas, tawa yang riuh pikuk saat jam kuliah, perdebatan, permusuhan, kegilaan, kekompakan, rasanya semua hanya menjadi abu yang akan terbang terbawa angin.

Kita masih bisa bertemu memang, kapan dan dimanapun. Tapi ada satu yang hilang. Kebiasaan. Iya, kebiasaan yang kita lakukan selama 4tahun belakangan ini hilang karna akan ada waktu yang membawa kita dalam perpisahan dan sekat pertemuan. Tidak bisa terlihat wajahnya setiap hari, tidak bisa terdengar suaranya setiap hari, tidak bisa melihat kelakuan aneh dan kenakalan kalian setiap harinya lagi. Semuanya akan berbeda.

Kita memasuki dunia baru, dunia yang kata orang lebih kejam. Dunia sesungguhnya, berhadapan dengan realita hidup yang sebenarnya, tanggung jawab yang lebih besar dan tentunya rasa rindu akan kebersamaan dengan kalian akan selalu datang dan hanya bisa terkenang.

Berbicara tentang andai, aku ingin mengandaikan dan bertanya "mengapa kita tidak kenal dan dekat sedari dulu?" "Mengapa kita tidak dipertemukan sejak dulu?". Mengapa? Mengapa baru ada sosok sahabat seperti kamu yang baru belakangan ini aku jumpai? Andai bisa aku menuliskan takdirku sendiri, aku akan menulis pertemuan kita terjadi sejak saat kita masih kecil dan ingusan. Saat yang kita tau hanyalah bermain dan tertawa, hingga terus berjalan dan beranjak dewasa yang membuka mata kita pada kehidupan dunia fana yang sesungguhnya. Bahwa kehidupan bukan hanya tentang bermain dan tertawa lagi.

Karna kalian sahabat, kadang kita lupa akan usia yang sudah berkepala dua. Karna kalian kadang kita bersikap seperti anak kecil yang hanya ingin tertawa dan bermain bersama, dengan obrolan sederhana yang menciptakan tawa❤

Senin, 10 November 2014

Bahasa Hati



Bahasa Hati

Seperti tengah berteduh
Dibawah rintik hujan yang bergemuruh
Kamu adalah keteduhan,
seperti angin dengan kesejukannya,
dan seperti air dengan ketenagannya.
Tidak tau apa yang hendak dicari,
Berjalan melewati perputaran hari,
Tersadar jika ada hati yang sudah dicuri.

Sosoknya yang bersahaja,
Menyelinap begitu saja.
Semua mengalir indah seperti keindahan senja
Tanpa pernah berseru nama cinta
Dan tanpa pernah meminta,

Bukankah bahasa hati sudah mampu menerjemahkan?
Tanpa perlu mengungkapkan, hati sudah mampu merasakan.







Kamis, 28 Agustus 2014

KITA INI APA?



KITA INI APA?

Bertahun tahun lamanya kita dekat.
Berkali kali kita utarakana rasa yang melekat.
Rasa yang pernah ada dan mengikat,
pergi begitu saja dengan waktu yang singkat.
Kamu mengaku kita ini bersahabat.
Tapi mengapa kamu memberi rasa yang hebat.
Rasa yang membuat aku terpikat.
Katakana jika ini hanya tipu muslihat, yang membuat ku terjerat.
Aku tersesat. Aku tersesat perasaan ku sendiri yang membuat ku penat.
Kamu seperti asap pekat, yang membutakan ke dua mataku dengan hebat.
Kamu mengaku kamulah sahabatku. Tapi mengapa kamu ucapkan sayang itu?
Kamu mengaku kamulah sahabatku. Tapi mengapa kamu berikan perhatian itu?
Kamu mengaku kamulah sahabatku. Tapi mengapa kamu utarakan perasaanmu?
Kamu mengaku kamulah sahabatku. Tapi mengapa kamu memberi asa dan rasa itu?

Kit ini apa? Sahabat?
Mengapa ada rasa yang memikat.
Kita ini apa? Sahabat?
Sudah lama dekat, hingga tak tau rasa apa yang melekat.
Kita dekat sekali, kita terlalu lama menghabiskan waktu bertaun taun lamanya dengan menyandang status “sahabat”
Kita ini sahabat. Mengapa ada rindu yang tersirat.
Kita ini sahabat. Mengapa ada cinta yang menghujat.
Kata sahabat seolah menghalangi rasa yang ingin masuk.
Rasa ini sudah sampai depan pintu hatiku,
rasa ini menggedor gedor pintu hatiku dengan keras!
KITA INI APA?
Jika memang hanya sahabat
Mengapa km harus mendekat?
Mengapa kamu memberi harap pada hati yang terikat?
KITA INI APA?
Jika memang hanya sahabat
tidak seharusnya kamu datang , berucap sayang
KITA INI APA?
Jangan membuatku menerka seorang diri
Aku tidak ingin bermain teka-teki
Ini soal perasaan dan hati
Jika memang sayang, mengapa sulit mengakui?
KITA INI APA?
Aku perlu kejelasan.
Agar aku berhenti menerka.
Jika memang ini hanya permainan.
Aku akan berhenti menunggu
Karna aku tidak ingin terus terbelenggu.

Jumat, 25 Juli 2014

PELANGI BARUKU




Ini tentang Dulu yang masih aku harapkan terjadi pada Esok. Mengapa? karna aku masih ingin mengulang Dulu di Esok hari, karna aku masih ingin menatap keteduhan matanya, lugu bicaranya, dan senyum manis nya.
Karna Dulu selalu menyeretku pada Rindu yang meledak ledak. Rindu pada sosokmu yang pernah pergi tanpa pamit dan datang dengan semau-mu.
Karna kamu pernah menitipkan beribu tanya pada dulu yang belum sempat terjawab. Karna Esok masih menjadi harapan terbesarku agar aku dapat mendengar langsung ucapan-mu tanpa harus menerka-nerka seperti dulu.
Entah, mengapa sosokmu yang datang dengan singkat begitu mampu menciptakan rasa yang begitu melekat.
Entah, mengapa dan bagaimana bisa kita menjadi dekat hingga perasaan ini menjadi kuat.
Setauku, sejak kedatanganmu aku merasa kamu adalah “pelangi baruku”. Begitu indah, menciptakan banyak warna dan menghapus mendung diwajahku.
Terlebih sejak waktu mempertemukan kedua bola matamu dihadapanku. Nyaris.. aku tidak lagi bisa mendekripsikan bagaimana rindu ini berteriak hebat ketika pertemuan itu terjadi.
Sadarkah? Awal kedatanganmu sudah membuat rinduku ini ingin meledak. Terlebih di setiap waktu yang kamu punya kamu selalu menyisihkan sedikit waktumu untukku. Suaramu yang merdu, gaya bicaramu yang lugu, serta motivasi yang pernah ku dengar dari mu menjadi kekuatan tersendiri bagiku.
Sadarkah? Awal kedatanganmu membuat kenyamanan tersendiri untukku. Menciptakan rindu yang menggebu-gebu. Rindu yang membutuhkan pertemuan.
Tapi itu semu D-U-L-U. iya.. DULU.. Dulu yang menjadi Masa Lalu. Masa lalu? Pantaskah aku menyebut mu sebagai masa lalu? Setelah sekian lama pertanyaan yang kamu titipkan tidak pernah kamu jawab?
Aku seperti bermain teka-teki. Aku kesulitan menebak apa yang ada di hatimu. Aku kesulitan mencari jalan fikiranmu. Kamu seperti abu-abu yang enggan menjadi biru. Kamu enggan menunjukan sedikit saja titik terang untukku. Lalu, kamu masih membiarkan aku bermain dengan permainan konyol ini? Teka-teki yang sesungguh nya hanya kamu dan hatimu sendiri yang tau jawabannya.
Pelangi baruku, dulu begitu banyak warna tercipta. Begitu indah sosokmu ketika duduk dihadapanku. Begitu manis senyuman mu ketika berkali-kali kamu lemparkan ke arahku, begitu tajam tatapan mu ketika berkali-kali kamu menatapku yang mematung. Pesona mu begitu kuat di mataku.

Pelangi baruku, sedari dulu sejak awal kedatanganmu aku selalu menerka – nerka. Aku selalu berasumsi semauku. Tidak perduli apa yang menjadi asumsimu, yang pasti aku merasakan ada satu perasaan yang berbeda. Ketika sedikit saja kamu tidak memberiku kabar, nyaris aku bahkan tidak dapat tertidur dengan nyenyak. Ketika aku mengartikan kedatangan mu yang cepat dan menghasilkan kedekatan yang terus tercipta sebagai sebuah rasa suka yang hadir antara kita, apakah itu salah?
Jika salah, salahkan saja aku yang mengartikan segala perhatian manis, ucapan sayang, dan lembut sapa mu adalah sebuah rasa yang sama sepertiku, rasa suka, bahkan rasaku melebihi suka. Aku nyaman.
Mendung kembali datang, rindu semakin tak terbendung. Saat aku tersadar, ternyata tidak ada lagi kamu sebagai tempatku bersandar. Aku bisa apa? Sebagai seseorang yang selalu menanti kepulanganmu, aku hanya bisa mengubur rindu ini dalam-dalam. Karna aku sadar, mungkin esok rindu ini tidak lagi bisa terlampiaskan. Mungkin esok, kamu tidak lagi perduli pada rindu yang terus menggerogoti fikiranku.
Aku menghentikan langkah yang menjadi keyakinanku. Aku terbangun dari mimpi panjangku selama ini tentangmu. Aku kembali merubuhkan harapan yang telah aku bangun kepadamu. Aku hanya ingin berjalan di belakangmu, dengan begitu aku hanya akan mengikuti kemana langkahmu pergi, kemana arah tujuan yang kamu mau. Tanpa harus aku menerka dan berasumsi sendiri. Aku terlalu lelah menerka hatimu, aku terlalu lelah berasumsi apa yang ada dalam fikiranmu. Kini, aku hanya ingin berjalan dibelakangmu untuk mengikuti kemana arah yang kamu mau.
Aku pernah berhenti pada saat aku masih ingin meneruskan langkahku. Aku pernah berhenti meski harapan ini masih ku gantungkan padamu. Aku terhenti karna aku sadar ini semua tak lagi seperti Dulu. Ada beda yang tidak bisa aku deskribsikan. Bukan perbedaan agama, bukan perbedaan cara berfikir. Tapi sikapmu, aku bisa merasakan dulu dan sekarang, sikapmu berbeda.
Aku terhenti, karna aku tidak ingin tersakiti oleh sikapmu yang membuat ku semakin tak mengerti. Aku mencoba menghilang dan pergi dari kehidupanmu. Tapi, aku gagal. Aku gagal berlari dan menjauh. Itu semua karna kamu yang datang kembali mencariku.. aku selalu gagal mencoba pergi karna kedatanganmu selalu mengurungkan niatku. Kedatanganmu yang mencari kepergianku membuatku tidak bisa melanjutkan langkahku untuk menjauh. Karna sesungguhnya aku tidak pernah bisa menjauh.
Hingga pada satu waktu, aku semakin meyakini untuk melepaskan semua harapan dan mimpi tentangmu. Aku tidak lagi bermimpi tentang-mu, aku tidak lagi menggantungkan harapanku pada-mu, aku tidak lagi ingin menerka dari segala hal manis yang pernah ada. Lalu kemudian kamu datang dan menitipkan satu pertanyaan yang tidak ingin ku jawab sebelum melihat keteduhan matamu. Semata, itu semua hanya untuk meyakinkanku atas pertanyaan yang kamu lontarkan.
Pertemuan tercipta kembali, aku kembali menanyakan apa yang kamu tanyakan kemaren. Kamu menunda, menunda untuk menjawab apa yang menjadi kepastianku. Kamu berucap jika esok akan ku temui jawaban nya. Kamu membuang-buang waktu yang ada, esok belum tentu terjadi. Dan detik ini belum tentu bisa terulang pada esok hari. Sadarkah? Aku diam. Lagi, aku hanya ingin mengikuti kemana arahmu tanpa harus menyakiti diriku sendiri. Kemudian Esok yang kamu bilang jawaban adalah kepergianmu? Kepergian tanpa maaf, kepergian tanpa pamit dan kepergian tanpa satu kepastian dari pertanyaan yang kamu lontarkan sendiri, bahkan dari pertanyaanku yang menanti kepastian. Sehebat itu kamu bermain teka-teki yang menjadi kegamangan hatiku.

Lalu siapa yang salah? Aku? yang selalu menerka dengan segala keingintahuanku, dengan segala rasa percaya kemudian mengartikan ini rasa yang luar biasa, padahal bagimu ini hanya rasa biasa yang mungkin sering kamu temui pada gadis lain.
Jelas, aku membela diriku. Ini bukan hanya salahku. Memang di awal aku mengartikan ini semua berlebihan. Tapi aku tersadar, ketika semua berubah tak semanis dulu, ketika aku menghentikan langkah kemudian kamu datang mencariku. Kemudian pergi kemudian aku kembali berhenti dan mengubur tentangmu dan kamu? Datang lagi. Datang dengan menanyakan kepastian tentang kedekatan yang selama ini tercipta.
Sadarkah? Sebenarnya pertanyaanmu juga menjadi pertanyaanku. Hanya saja aku engga bertanya lebih dulu, karna aku tidak ingin berlebihan mengartikan ini semua seperti dulu..
Lantas, apakah aku masih salah jika aku kembali merangkai mimpi dan harapan ku padamu setelah kamu ingin memastikan status di anatara kita? setelah kamu berkata mimpimu juga mimpiku, setelah kamu berkata masa depanmu juga masa depan kita?
Kamu terlalu pintar membuat teka-teki. Sementara aku terlalu bodoh untuk menjawab ini semua. Aku terlalu lelah mengikuti permainan-mu.
Kini, aku tidak lagi membutuhkan jawaban tentang aku, kamu ataupun KITA. Aku lebih membutuhkan alasan dari semua yang sudah terjadi dan dibalik semua teka-teki ini. Aku tidak membutuhkan jawaban iya atau tidak. Aku lebih membutuhkan pengakuan-mu, ketika pergi tanpa pamit, ketika berucap dan tidak mempertanggungjawabkan, dan ketika datang semau-mu, lalu pergi tanpa maaf, tanpa satu kata sekalipun itu hanya basa-basi.
Jika kamu paham dengan rasaku. Maka, ajarkan aku untuk memahami rasamu yang begitu sulit diterka.
Jika kamu tau pada akhirnya kamu tidak bisa, mengapa harus melambungkan kembali mimpiku yang pupus.
Aku hanya ingin mendengar dari mulutmu dan dihadapanmu, tentang tanya yang tak terjawab, tentang maaf yang tak terucap, dan tentang ku yang dibiarkan sendiri menerka hati dan fikiranmu. Jika itu tidak pernah terwujud, aku akan membiarkan nya hilang bersama waktu. Setidaknya, pernah disampingmu dan saling melempar tawa sudah menjadi kebahagiaan untukku.
Terimakasih Pelangi baruku, meski singkat kedatanganmu, tapi begitu banyak warna yang tercipta. Pesona mu selalu ku kagumi.
Terimakasih Pelangi baruku, meski singkat kedatanganmu, aku percaya kamu pasti akan datang kembali, aku akan tetap menanti, meski nanti kepergianmu sesingkat kedatanganmu.

Sabtu, 19 Juli 2014

KOMA



Aku duduk, mengambil pena dan secarik kertas. Entah apa yang terlintas, aku hanya ingin menulis tanpa batas. Terlebih jika harus menulis tentangmu, seakan imajinasi ku tak pernah terkuras. Sayangnya, aku menulis disini sendiri, aku membacanya sendiri..
Aku tidak lagi bisa memberikan tulisanku ini di depan senyum  manismu lagi.. sudahlah, dingin malam ini seperti berbeda ketika aku sadar tidak ada lagi kamu sebagai tempatku bersandar, tapi kenangan itu tidak akan pernah memudar, meski waktu terus berputar, aku selalu meyakini jika kamu pria terpintar yang selalu memberikan getar yang tidak pernah aku rasakan selama bumi berputar.
Kamu sosok pria terhebat yang pernah aku dapat. Sayang, dulu tekatmu kuat, tapi kenapa kini kamu tidak mampu melawan sakit yang menjerat? Kamu pasti kuat. Kamu pasti kuat melawan ini semua sayang, kamu petangguh terhebat, kamu harus bisa berjuang untuk kembali sehat. Aku disini, aku disini selalu setia mendoakan-mu, meski dalam doa selalu tak pernah terbendung air mataku, tapi aku tau.. tuhan mendengar nya. Aku selalu memintamu kembali seperti dulu, kembali seperti kamu yang menguatkan aku, kamu yang selalu membahagiakan orang yang berada di sekelilingmu, kamu yang tidak pernah penat bergulat dengan tekat mu yang bulat. Kamu selalu ambisius dalam meraih segala impianmu. Kembalihlah seperti dulu, bangunlah dari koma mu, sayang.. aku merindukan suarmu, aku merindukan senyum tawamu.. kita masih punya banyak waktu untuk melawan dunia yang kamu bilang kejam ini.
Aku masih ingin melewati perputaran bumi dengan berjalan bersamamu.. Maaf atas segala ego dan kenegatifanku selama ini tentang mu, maaf atas segala kebodohan ku yang tidak mengetahui kelamahan yang menjadi musuh terbesarmu.
Kamu begitu terlihat kuat, hingga kamu tidak pernah perduli dengan kelemahan yang membuat mu terikat pada KOMA yang kini menjerat.. kamu terlalu pintar menyembunyikan apa yang menjadi ketakutanmu, kamu terlalu pintar bertopeng dalam ketangguhan padahal ragamu kesakitan..
Kamu terbaring lemah, batin ku tergoyah, aku seperti ingin pasrah tapi aku tak rela jika kamu harus menyerah.
Tuhan.. mengapa engkau mengganti senyum manis dengan kepucatan yang tampak dari bibirnya..
Tuhan.. mengapa engkau mengganti riang tawanya dengan diam dalam tidur panjangnya..
Tuhan.. mengapa engkau mengambil kekuatan nya dengan membaringkan ia dalam kelemahan tak berdaya seperti ini..
Kenapa tuhan… kenapa harus engkau ambil keteduhan matanya dari ku dengan memejamkan matanya dalam melawan rasa sakit di tidur panjangnya…
Aku hanya ingin kembali mengulang waktu, aku hanya ingin menghentikan waktu dimana aku dan dia dalam tawa ceria, aku tak ingin waktu merenggut keceriaan dan ketangguhan nya dariku. Aku ingin lebih lama bersama nya, aku ingin lebih dulu mengenal dan mencintainya. Bukan seperti ini, sesingkat ini kita dekat lalu terhalang jarak yang menjadi sekat, hingga pada akhirnya kamu tidak lagi menjadi kuat seperti dulu yang aku lihat. Kenapa aku tidak lebih dulu mengenal dan berada di dekatmu? Kenapa waktu menjadi batas atas dua insan yang masih ingin lebih lama untuk saling bersama. Mengapa waktu secepat itu menutup kebahagiaan yang baru ku genggam? Mengapa waktu secepat itu menghilangkan keteduhan mata dan senyuman manismu dari hadapanku?
Kemarin mungkin tidak pernah lagi terulang. Dan esok… hanya akan menjadi misteri yang akan menjawab masihkah aku bisa melihat ketangguhan mu dalam hari hariku. Masihkah aku bisa melihat senyum dan tatapan mu dalam dekat. Masihkah aku bisa mendekap hangat tubuhmu semauku. Masih kah waktu berpihak pada kita.
Percayalah, tidak ada yang lebih aku inginkan saat ini selain melihatmu membuka mata dari tidur panjang mu, tidak ada yang lebih aku harapkan selain melihatmu bangkit untuk menghadapi penyakit yang membuat mu menjerit. Aku hanya ingin kesembuhan yang utuh untuknya tuhan. Jika aku menjadi manusia yang bisa memainkan takdir semauku, aku akan tukar raga nya dengan ragaku, atau aku akan menjadikan ragaku selemah raganya yang terbaring dalam tidur panjangnya. Dan andai tanganku lihai menyusun takdir, aku akan menempatkan letak kebahagiaan selalu ada di hidupnya. Aku akan menghapus sakit ataupun duka yang menjadi kelemahannya. Tapi aku sadar, ini semua adalah kuasamu, ini semua sudah menjadi jalan yang engkau tuliskan ya rab..
Tuhan, ku mohon dengar doa ku.. ku mohon angkat kesakitan yang kini menghinggapinya. Kuatkan ia dalam melalui setiap detik yang menjadi ancaman baginya. Turunkan mukjizat mu untuk pria setangguh ia ya allah, masih banyak mimpi yang masih harus teraih, masih banyak orang orang yang membutuhkan sosoknya, dan masih banyak mereka yang ingin ia bahagiakan.
Bangunlah manis… aku rindu hangat tatapan mu. aku rindu senyuman yang menjadi kekuatanku. Aku rindu tingkahmu yang konyol. Aku rindu kecuekan mu yang membuatku kesal. Kamu itu tangguh, harusnya kamu bisa menghadapi penyakitmu dengan ketangguhanmu. Kamu terlalu hebat dan kuat, harusnya kamu gunakan kehebatan dan kekuatanmu untuk melawan kelemahan ini.
Jika mata batinku dapat membaca apa yang menjadi ketakutan mu selama ini aku rela, jika aku membusuk pada waktu yang ku berhentikan kali ini. Daripada aku harus tertusuk pada esok yang akan membawa ku terpisah denganmu.
Aku berjanji, aku akan menemani hingga nanti kamu pulih, hingga nanti kita tapaki lagi perputaran bumi. Hingga nanti kembali ku menatap dan memelukmu erat. Aku yakin kamu kuat…