Apa yang akan kita lakukan setelah ini? Diam? Berjalan? Atau berlari bersama demi satu kata. "Sukses".
4 tahun lamanya, mencicipi bangku perkuliahan, 4 tahun lamanya mencicipi pelajaran pelajaran di perguruan tinggi, dan sebentar lagi 4 tahun masa-masa kesenangan itu akan berakhir.
Apa yang kita dapat selama 4 tahun ini? Ilmu? Atau hanya kesenangan? Jawabnya, ya, ilmu tentu kita dapat. Apalagi kesenangan. Kesenangan bersana kawan baru yang awalnya hanya dekat dan seiring waktu semakin dekat dan dekat hingga menjadi sahabat.
Apa yang akan kita tanya setelah memakai toga di esok harinya? Menanyakan tugas? Atau menanyakan jadwal kuliah? Waktu terlalu cepat membawa kita pada titik yang menjadi keharuan dan kebanggaaan orang tua. "Wisuda".
Tapi waktu juga dengan cepat membawa kita pada titik perpisahan dengan sahabat sahabat seperti kalian. Semua kebiasaan serta kelakuan kita selama 4 tahun ini, mungkin tidak lagi kita jumpau di esok hari setelah kita memakai toga.
Sebentar lagi, waktu menciptakan batas antara kita. Dimana dulu, 4tahun lamanya kita selalu bersama-sama. Setiap hari, mendengar kebisingan suara yang menggelegar dikelas, tawa yang riuh pikuk saat jam kuliah, perdebatan, permusuhan, kegilaan, kekompakan, rasanya semua hanya menjadi abu yang akan terbang terbawa angin.
Kita masih bisa bertemu memang, kapan dan dimanapun. Tapi ada satu yang hilang. Kebiasaan. Iya, kebiasaan yang kita lakukan selama 4tahun belakangan ini hilang karna akan ada waktu yang membawa kita dalam perpisahan dan sekat pertemuan. Tidak bisa terlihat wajahnya setiap hari, tidak bisa terdengar suaranya setiap hari, tidak bisa melihat kelakuan aneh dan kenakalan kalian setiap harinya lagi. Semuanya akan berbeda.
Kita memasuki dunia baru, dunia yang kata orang lebih kejam. Dunia sesungguhnya, berhadapan dengan realita hidup yang sebenarnya, tanggung jawab yang lebih besar dan tentunya rasa rindu akan kebersamaan dengan kalian akan selalu datang dan hanya bisa terkenang.
Berbicara tentang andai, aku ingin mengandaikan dan bertanya "mengapa kita tidak kenal dan dekat sedari dulu?" "Mengapa kita tidak dipertemukan sejak dulu?". Mengapa? Mengapa baru ada sosok sahabat seperti kamu yang baru belakangan ini aku jumpai? Andai bisa aku menuliskan takdirku sendiri, aku akan menulis pertemuan kita terjadi sejak saat kita masih kecil dan ingusan. Saat yang kita tau hanyalah bermain dan tertawa, hingga terus berjalan dan beranjak dewasa yang membuka mata kita pada kehidupan dunia fana yang sesungguhnya. Bahwa kehidupan bukan hanya tentang bermain dan tertawa lagi.
Karna kalian sahabat, kadang kita lupa akan usia yang sudah berkepala dua. Karna kalian kadang kita bersikap seperti anak kecil yang hanya ingin tertawa dan bermain bersama, dengan obrolan sederhana yang menciptakan tawa❤
Welcome to my World!!
Apa yang aku, kamu, dia dan mereka rasa, itulah yang aku tuangkan dalam tulisan :)
Translate
Sabtu, 30 Mei 2015
Senin, 10 November 2014
Bahasa Hati
Bahasa Hati
Seperti tengah berteduh
Dibawah rintik hujan
yang bergemuruh
Kamu adalah keteduhan,
seperti angin dengan
kesejukannya,
dan seperti air dengan
ketenagannya.
Tidak tau apa yang
hendak dicari,
Berjalan melewati
perputaran hari,
Tersadar jika ada hati
yang sudah dicuri.
Sosoknya yang
bersahaja,
Menyelinap begitu saja.
Semua mengalir indah
seperti keindahan senja
Tanpa pernah berseru
nama cinta
Dan tanpa pernah
meminta,
Bukankah bahasa hati
sudah mampu menerjemahkan?
Tanpa perlu
mengungkapkan, hati sudah mampu merasakan.
Kamis, 28 Agustus 2014
KITA INI APA?
KITA INI APA?
Bertahun
tahun lamanya kita dekat.
Berkali
kali kita utarakana rasa yang melekat.
Rasa
yang pernah ada dan mengikat,
pergi
begitu saja dengan waktu yang singkat.
Kamu
mengaku kita ini bersahabat.
Tapi
mengapa kamu memberi rasa yang hebat.
Rasa
yang membuat aku terpikat.
Katakana
jika ini hanya tipu muslihat, yang membuat ku terjerat.
Aku
tersesat. Aku tersesat perasaan ku sendiri yang membuat ku penat.
Kamu
seperti asap pekat, yang membutakan ke dua mataku dengan hebat.
Kamu
mengaku kamulah sahabatku. Tapi mengapa kamu ucapkan sayang itu?
Kamu
mengaku kamulah sahabatku. Tapi mengapa kamu berikan perhatian itu?
Kamu
mengaku kamulah sahabatku. Tapi mengapa kamu utarakan perasaanmu?
Kamu
mengaku kamulah sahabatku. Tapi mengapa kamu memberi asa dan rasa itu?
Kit
ini apa? Sahabat?
Mengapa
ada rasa yang memikat.
Kita
ini apa? Sahabat?
Sudah
lama dekat, hingga tak tau rasa apa yang melekat.
Kita
dekat sekali, kita terlalu lama menghabiskan waktu bertaun taun lamanya dengan
menyandang status “sahabat”
Kita
ini sahabat. Mengapa ada rindu yang tersirat.
Kita
ini sahabat. Mengapa ada cinta yang menghujat.
Kata
sahabat seolah menghalangi rasa yang ingin masuk.
Rasa
ini sudah sampai depan pintu hatiku,
rasa
ini menggedor gedor pintu hatiku dengan keras!
KITA
INI APA?
Jika
memang hanya sahabat
Mengapa
km harus mendekat?
Mengapa
kamu memberi harap pada hati yang terikat?
KITA
INI APA?
Jika
memang hanya sahabat
tidak
seharusnya kamu datang , berucap sayang
KITA
INI APA?
Jangan
membuatku menerka seorang diri
Aku
tidak ingin bermain teka-teki
Ini
soal perasaan dan hati
Jika
memang sayang, mengapa sulit mengakui?
KITA
INI APA?
Aku
perlu kejelasan.
Agar
aku berhenti menerka.
Jika
memang ini hanya permainan.
Aku
akan berhenti menunggu
Karna
aku tidak ingin terus terbelenggu.
Jumat, 25 Juli 2014
PELANGI BARUKU
Ini
tentang Dulu yang masih aku harapkan terjadi pada Esok. Mengapa? karna aku
masih ingin mengulang Dulu di Esok hari, karna aku masih ingin menatap
keteduhan matanya, lugu bicaranya, dan senyum manis nya.
Karna
Dulu selalu menyeretku pada Rindu yang meledak ledak. Rindu pada sosokmu yang
pernah pergi tanpa pamit dan datang dengan semau-mu.
Karna
kamu pernah menitipkan beribu tanya pada dulu yang belum sempat terjawab. Karna
Esok masih menjadi harapan terbesarku agar aku dapat mendengar langsung
ucapan-mu tanpa harus menerka-nerka seperti dulu.
Entah,
mengapa sosokmu yang datang dengan singkat begitu mampu menciptakan rasa yang
begitu melekat.
Entah,
mengapa dan bagaimana bisa kita menjadi dekat hingga perasaan ini menjadi kuat.
Setauku,
sejak kedatanganmu aku merasa kamu adalah “pelangi baruku”. Begitu indah,
menciptakan banyak warna dan menghapus mendung diwajahku.
Terlebih
sejak waktu mempertemukan kedua bola matamu dihadapanku. Nyaris.. aku tidak
lagi bisa mendekripsikan bagaimana rindu ini berteriak hebat ketika pertemuan
itu terjadi.
Sadarkah?
Awal kedatanganmu sudah membuat rinduku ini ingin meledak. Terlebih di setiap
waktu yang kamu punya kamu selalu menyisihkan sedikit waktumu untukku. Suaramu
yang merdu, gaya bicaramu yang lugu, serta motivasi yang pernah ku dengar dari
mu menjadi kekuatan tersendiri bagiku.
Sadarkah?
Awal kedatanganmu membuat kenyamanan tersendiri untukku. Menciptakan rindu yang
menggebu-gebu. Rindu yang membutuhkan pertemuan.
Tapi
itu semu D-U-L-U. iya.. DULU.. Dulu yang menjadi Masa Lalu. Masa lalu?
Pantaskah aku menyebut mu sebagai masa lalu? Setelah sekian lama pertanyaan
yang kamu titipkan tidak pernah kamu jawab?
Aku
seperti bermain teka-teki. Aku kesulitan menebak apa yang ada di hatimu. Aku
kesulitan mencari jalan fikiranmu. Kamu seperti abu-abu yang enggan menjadi
biru. Kamu enggan menunjukan sedikit saja titik terang untukku. Lalu, kamu
masih membiarkan aku bermain dengan permainan konyol ini? Teka-teki yang
sesungguh nya hanya kamu dan hatimu sendiri yang tau jawabannya.
Pelangi
baruku, dulu begitu banyak warna tercipta. Begitu indah sosokmu ketika duduk
dihadapanku. Begitu manis senyuman mu ketika berkali-kali kamu lemparkan ke
arahku, begitu tajam tatapan mu ketika berkali-kali kamu menatapku yang mematung.
Pesona mu begitu kuat di mataku.
Pelangi
baruku, sedari dulu sejak awal kedatanganmu aku selalu menerka – nerka. Aku
selalu berasumsi semauku. Tidak perduli apa yang menjadi asumsimu, yang pasti
aku merasakan ada satu perasaan yang berbeda. Ketika sedikit saja kamu tidak
memberiku kabar, nyaris aku bahkan tidak dapat tertidur dengan nyenyak. Ketika
aku mengartikan kedatangan mu yang cepat dan menghasilkan kedekatan yang terus
tercipta sebagai sebuah rasa suka yang hadir antara kita, apakah itu salah?
Jika
salah, salahkan saja aku yang mengartikan segala perhatian manis, ucapan
sayang, dan lembut sapa mu adalah sebuah rasa yang sama sepertiku, rasa suka,
bahkan rasaku melebihi suka. Aku nyaman.
Mendung
kembali datang, rindu semakin tak terbendung. Saat aku tersadar, ternyata tidak
ada lagi kamu sebagai tempatku bersandar. Aku bisa apa? Sebagai seseorang yang
selalu menanti kepulanganmu, aku hanya bisa mengubur rindu ini dalam-dalam.
Karna aku sadar, mungkin esok rindu ini tidak lagi bisa terlampiaskan. Mungkin
esok, kamu tidak lagi perduli pada rindu yang terus menggerogoti fikiranku.
Aku
menghentikan langkah yang menjadi keyakinanku. Aku terbangun dari mimpi
panjangku selama ini tentangmu. Aku kembali merubuhkan harapan yang telah aku
bangun kepadamu. Aku hanya ingin berjalan di belakangmu, dengan begitu aku
hanya akan mengikuti kemana langkahmu pergi, kemana arah tujuan yang kamu mau.
Tanpa harus aku menerka dan berasumsi sendiri. Aku terlalu lelah menerka
hatimu, aku terlalu lelah berasumsi apa yang ada dalam fikiranmu. Kini, aku
hanya ingin berjalan dibelakangmu untuk mengikuti kemana arah yang kamu mau.
Aku
pernah berhenti pada saat aku masih ingin meneruskan langkahku. Aku pernah
berhenti meski harapan ini masih ku gantungkan padamu. Aku terhenti karna aku
sadar ini semua tak lagi seperti Dulu. Ada beda yang tidak bisa aku
deskribsikan. Bukan perbedaan agama, bukan perbedaan cara berfikir. Tapi
sikapmu, aku bisa merasakan dulu dan sekarang, sikapmu berbeda.
Aku
terhenti, karna aku tidak ingin tersakiti oleh sikapmu yang membuat ku semakin
tak mengerti. Aku mencoba menghilang dan pergi dari kehidupanmu. Tapi, aku
gagal. Aku gagal berlari dan menjauh. Itu semua karna kamu yang datang kembali
mencariku.. aku selalu gagal mencoba pergi karna kedatanganmu selalu
mengurungkan niatku. Kedatanganmu yang mencari kepergianku membuatku tidak bisa
melanjutkan langkahku untuk menjauh. Karna sesungguhnya aku tidak pernah bisa
menjauh.
Hingga
pada satu waktu, aku semakin meyakini untuk melepaskan semua harapan dan mimpi
tentangmu. Aku tidak lagi bermimpi tentang-mu, aku tidak lagi menggantungkan
harapanku pada-mu, aku tidak lagi ingin menerka dari segala hal manis yang
pernah ada. Lalu kemudian kamu datang dan menitipkan satu pertanyaan yang tidak
ingin ku jawab sebelum melihat keteduhan matamu. Semata, itu semua hanya untuk
meyakinkanku atas pertanyaan yang kamu lontarkan.
Pertemuan
tercipta kembali, aku kembali menanyakan apa yang kamu tanyakan kemaren. Kamu
menunda, menunda untuk menjawab apa yang menjadi kepastianku. Kamu berucap jika
esok akan ku temui jawaban nya. Kamu membuang-buang waktu yang ada, esok belum
tentu terjadi. Dan detik ini belum tentu bisa terulang pada esok hari.
Sadarkah? Aku diam. Lagi, aku hanya ingin mengikuti kemana arahmu tanpa harus
menyakiti diriku sendiri. Kemudian Esok yang kamu bilang jawaban adalah
kepergianmu? Kepergian tanpa maaf, kepergian tanpa pamit dan kepergian tanpa
satu kepastian dari pertanyaan yang kamu lontarkan sendiri, bahkan dari
pertanyaanku yang menanti kepastian. Sehebat itu kamu bermain teka-teki yang
menjadi kegamangan hatiku.
Lalu
siapa yang salah? Aku? yang selalu menerka dengan segala keingintahuanku,
dengan segala rasa percaya kemudian mengartikan ini rasa yang luar biasa,
padahal bagimu ini hanya rasa biasa yang mungkin sering kamu temui pada gadis
lain.
Jelas,
aku membela diriku. Ini bukan hanya salahku. Memang di awal aku mengartikan ini
semua berlebihan. Tapi aku tersadar, ketika semua berubah tak semanis dulu,
ketika aku menghentikan langkah kemudian kamu datang mencariku. Kemudian pergi
kemudian aku kembali berhenti dan mengubur tentangmu dan kamu? Datang lagi.
Datang dengan menanyakan kepastian tentang kedekatan yang selama ini tercipta.
Sadarkah?
Sebenarnya pertanyaanmu juga menjadi pertanyaanku. Hanya saja aku engga
bertanya lebih dulu, karna aku tidak ingin berlebihan mengartikan ini semua
seperti dulu..
Lantas,
apakah aku masih salah jika aku kembali merangkai mimpi dan harapan ku padamu
setelah kamu ingin memastikan status di anatara kita? setelah kamu berkata
mimpimu juga mimpiku, setelah kamu berkata masa depanmu juga masa depan kita?
Kamu
terlalu pintar membuat teka-teki. Sementara aku terlalu bodoh untuk menjawab
ini semua. Aku terlalu lelah mengikuti permainan-mu.
Kini,
aku tidak lagi membutuhkan jawaban tentang aku, kamu ataupun KITA. Aku lebih
membutuhkan alasan dari semua yang sudah terjadi dan dibalik semua teka-teki
ini. Aku tidak membutuhkan jawaban iya atau tidak. Aku lebih membutuhkan
pengakuan-mu, ketika pergi tanpa pamit, ketika berucap dan tidak
mempertanggungjawabkan, dan ketika datang semau-mu, lalu pergi tanpa maaf,
tanpa satu kata sekalipun itu hanya basa-basi.
Jika
kamu paham dengan rasaku. Maka, ajarkan aku untuk memahami rasamu yang begitu
sulit diterka.
Jika
kamu tau pada akhirnya kamu tidak bisa, mengapa harus melambungkan kembali
mimpiku yang pupus.
Aku
hanya ingin mendengar dari mulutmu dan dihadapanmu, tentang tanya yang tak
terjawab, tentang maaf yang tak terucap, dan tentang ku yang dibiarkan sendiri
menerka hati dan fikiranmu. Jika itu tidak pernah terwujud, aku akan membiarkan
nya hilang bersama waktu. Setidaknya, pernah disampingmu dan saling melempar
tawa sudah menjadi kebahagiaan untukku.
Terimakasih
Pelangi baruku, meski singkat kedatanganmu, tapi begitu banyak warna yang
tercipta. Pesona mu selalu ku kagumi.
Terimakasih
Pelangi baruku, meski singkat kedatanganmu, aku percaya kamu pasti akan datang
kembali, aku akan tetap menanti, meski nanti kepergianmu sesingkat kedatanganmu.
Sabtu, 19 Juli 2014
KOMA
Aku duduk, mengambil
pena dan secarik kertas. Entah apa yang terlintas, aku hanya ingin menulis
tanpa batas. Terlebih jika harus menulis tentangmu, seakan imajinasi ku tak
pernah terkuras. Sayangnya, aku menulis disini sendiri, aku membacanya
sendiri..
Aku tidak lagi bisa
memberikan tulisanku ini di depan senyum
manismu lagi.. sudahlah, dingin malam ini seperti berbeda ketika aku
sadar tidak ada lagi kamu sebagai tempatku bersandar, tapi kenangan itu tidak
akan pernah memudar, meski waktu terus berputar, aku selalu meyakini jika kamu
pria terpintar yang selalu memberikan getar yang tidak pernah aku rasakan
selama bumi berputar.
Kamu sosok pria
terhebat yang pernah aku dapat. Sayang, dulu tekatmu kuat, tapi kenapa kini
kamu tidak mampu melawan sakit yang menjerat? Kamu pasti kuat. Kamu pasti kuat
melawan ini semua sayang, kamu petangguh terhebat, kamu harus bisa berjuang
untuk kembali sehat. Aku disini, aku disini selalu setia mendoakan-mu, meski
dalam doa selalu tak pernah terbendung air mataku, tapi aku tau.. tuhan
mendengar nya. Aku selalu memintamu kembali seperti dulu, kembali seperti kamu
yang menguatkan aku, kamu yang selalu membahagiakan orang yang berada di
sekelilingmu, kamu yang tidak pernah penat bergulat dengan tekat mu yang bulat.
Kamu selalu ambisius dalam meraih segala impianmu. Kembalihlah seperti dulu,
bangunlah dari koma mu, sayang.. aku merindukan suarmu, aku merindukan senyum
tawamu.. kita masih punya banyak waktu untuk melawan dunia yang kamu bilang
kejam ini.
Aku masih ingin
melewati perputaran bumi dengan berjalan bersamamu.. Maaf atas segala ego dan
kenegatifanku selama ini tentang mu, maaf atas segala kebodohan ku yang tidak
mengetahui kelamahan yang menjadi musuh terbesarmu.
Kamu begitu terlihat
kuat, hingga kamu tidak pernah perduli dengan kelemahan yang membuat mu terikat
pada KOMA yang kini menjerat.. kamu terlalu pintar menyembunyikan apa yang
menjadi ketakutanmu, kamu terlalu pintar bertopeng dalam ketangguhan padahal
ragamu kesakitan..
Kamu terbaring lemah,
batin ku tergoyah, aku seperti ingin pasrah tapi aku tak rela jika kamu harus
menyerah.
Tuhan.. mengapa engkau
mengganti senyum manis dengan kepucatan yang tampak dari bibirnya..
Tuhan.. mengapa engkau
mengganti riang tawanya dengan diam dalam tidur panjangnya..
Tuhan.. mengapa engkau
mengambil kekuatan nya dengan membaringkan ia dalam kelemahan tak berdaya
seperti ini..
Kenapa tuhan… kenapa
harus engkau ambil keteduhan matanya dari ku dengan memejamkan matanya dalam
melawan rasa sakit di tidur panjangnya…
Aku hanya ingin kembali
mengulang waktu, aku hanya ingin menghentikan waktu dimana aku dan dia dalam
tawa ceria, aku tak ingin waktu merenggut keceriaan dan ketangguhan nya dariku.
Aku ingin lebih lama bersama nya, aku ingin lebih dulu mengenal dan
mencintainya. Bukan seperti ini, sesingkat ini kita dekat lalu terhalang jarak
yang menjadi sekat, hingga pada akhirnya kamu tidak lagi menjadi kuat seperti
dulu yang aku lihat. Kenapa aku tidak lebih dulu mengenal dan berada di
dekatmu? Kenapa waktu menjadi batas atas dua insan yang masih ingin lebih lama
untuk saling bersama. Mengapa waktu secepat itu menutup kebahagiaan yang baru
ku genggam? Mengapa waktu secepat itu menghilangkan keteduhan mata dan senyuman
manismu dari hadapanku?
Kemarin mungkin tidak
pernah lagi terulang. Dan esok… hanya akan menjadi misteri yang akan menjawab
masihkah aku bisa melihat ketangguhan mu dalam hari hariku. Masihkah aku bisa
melihat senyum dan tatapan mu dalam dekat. Masihkah aku bisa mendekap hangat
tubuhmu semauku. Masih kah waktu berpihak pada kita.
Percayalah, tidak ada
yang lebih aku inginkan saat ini selain melihatmu membuka mata dari tidur
panjang mu, tidak ada yang lebih aku harapkan selain melihatmu bangkit untuk
menghadapi penyakit yang membuat mu menjerit. Aku hanya ingin kesembuhan yang
utuh untuknya tuhan. Jika aku menjadi manusia yang bisa memainkan takdir
semauku, aku akan tukar raga nya dengan ragaku, atau aku akan menjadikan ragaku
selemah raganya yang terbaring dalam tidur panjangnya. Dan andai tanganku lihai
menyusun takdir, aku akan menempatkan letak kebahagiaan selalu ada di hidupnya.
Aku akan menghapus sakit ataupun duka yang menjadi kelemahannya. Tapi aku
sadar, ini semua adalah kuasamu, ini semua sudah menjadi jalan yang engkau
tuliskan ya rab..
Tuhan, ku mohon dengar
doa ku.. ku mohon angkat kesakitan yang kini menghinggapinya. Kuatkan ia dalam
melalui setiap detik yang menjadi ancaman baginya. Turunkan mukjizat mu untuk
pria setangguh ia ya allah, masih banyak mimpi yang masih harus teraih, masih
banyak orang orang yang membutuhkan sosoknya, dan masih banyak mereka yang
ingin ia bahagiakan.
Bangunlah manis… aku
rindu hangat tatapan mu. aku rindu senyuman yang menjadi kekuatanku. Aku rindu
tingkahmu yang konyol. Aku rindu kecuekan mu yang membuatku kesal. Kamu itu
tangguh, harusnya kamu bisa menghadapi penyakitmu dengan ketangguhanmu. Kamu
terlalu hebat dan kuat, harusnya kamu gunakan kehebatan dan kekuatanmu untuk
melawan kelemahan ini.
Jika mata batinku dapat
membaca apa yang menjadi ketakutan mu selama ini aku rela, jika aku membusuk
pada waktu yang ku berhentikan kali ini. Daripada aku harus tertusuk pada esok
yang akan membawa ku terpisah denganmu.
Aku berjanji, aku akan
menemani hingga nanti kamu pulih, hingga nanti kita tapaki lagi perputaran
bumi. Hingga nanti kembali ku menatap dan memelukmu erat. Aku yakin kamu kuat…
Langganan:
Postingan (Atom)